Selasa, 12 Juli 2011

tugas UAS Etika dan Filsafat Kepemimpinan


Nama: Maria Imakulata Wende
Nim: 2010210026
Prodi: Administrasi Negara

1.   Leader atau pemimpin organ formal ataupun non formal terkadang kurang kontributif pada pembangunan karena banyak hal, tergantung dari sudut pandang mana kita menempatkan parameter penilaian kita. Kontributif atau tidaknya seorang pemimpin memang sangat bergantung pada beberapa aspek utama yang seharusnya berimbang dalam pribadinya yakni IQ,EQ dan SQnya. Fakta bahwa ketimpangan ketiga aspek penting ini, telah melahirkan begitu banyak pemimpin yang tidak kontributif pada pembangunan Negara dan bangsa telah terbukti di panggung politik negeri ini. Filosof Immanuel Kant pernah menyindir, ada dua watak binatang terselip di setiap insan politik: merpati dan ular. Politisi memiliki watak merpati yang lembut dan penuh kemuliaan dalam memperjuangkan idealisme. Tetapi, ia juga punya watak ular yang licik dan jahat, serta selalu berupaya untuk memangsa merpati. Celakanya, yang sering menonjol adalah “sisi ular” ketimbang watak “merpati”-nya.

2.   Apa saja sebenarnya tujuan filsafat???.  Dalam Pengertian Etimologis, Filsafat adalah Philein = mencintai; sophos = kearifan/kebijaksanaan, sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.  Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi filsafat, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Dengan demikian jelas bahwa filsafat bertujuan agar seorang leader mampu memimpin dengan bijaksana.

3.   Etika Publik menjawab pertanyaan “apakah saya harus melangkah dengan cara itu?” Moral menjawab pertanyaan “bagaimana saya harus melangkah?”, pada kenyataan kita harus memilih dan memilah maka demi efektifitas saya pikir gaya kepemimpinan yang visioner dan integratif cukup tepat. Nilai-nilai moral pada dasarnya adalah entitas dasar dari Etika Publik itu sendiri. Adanya integrasi penuh moralitas dalam pelayanan publik yang visioner tentunya dapat  melahirkan pola kepemimpinan yang efektif.

4.   Dalam paerkembangan kepemimpinan, ada dua teori yang mengemuka dari para pemikir tentang proses dari suatu kepemimpinan. Pertama dalam teori Great Man (orang besar) disebutkan bahwa kepemimpinan (leadership) merupakan bakat seseorang yang ada dalam jiwanya sejak dilahirkan, Sedangkan yang ke dua, dalam Big Bang, (kejutan besar), kepemimpinan bukan hanya terlahir akan tetapi juga karena tercipta. Terpilihnya seseorang menjadi pimpinan (leader) bisa terjadi karena melalui peristiwa besar seperti adanya revolusi, kerusuhan,, kemerdekaan ataupun reformasi. Adanya peristiwa – peristiwa tersebut dapat tercipta seseorang menjadi pemimpin. Teori ini mengintegrasikan antara situasi dan dukungan pengikutnya. Situasi adalah peristiwa–peristiwa sebagaimana di atas, sedangkan dukungan pengikutnya adalah yang menokohkan serta  bersedia mengabdi dan patuh atas perintah pimpinannya ( Benis dan Nanus, 1993). Di era kontemporer/modern kepemimpinan lebih didasarkan pada faktor objektifikasi, baik itu visi, misi, kapabilitas maupun kredibilitas seorang pemimpin. Dalam konteks etika Profesi Kepemimpinan Pelayanan Pembangunan, dengan merujuk pada konsep Big Bang Laedership, teori ini sangat relevan.
5.   Pembangunan secara universal dan integratif  memang merupakan keharusan dan untuk mencapai tujuan itu implementasi konsep kepemimpinan yang etik dengan dasar filsafat kepemimpinan yang mumpuni adalah syarat mutlak atau conditio sine quanon. Tetapi fakta bahwa das sein(yang seharusnya) tidak selalu tepat dengan das solen(yang terjadi) memaksa kita pada kondisi tertentu untuk mempertimbangkan sebuah solusi positif dalam bentuk advokasi. Advokasi lahir demi mendekatkan das sein dan das solen pada keadaan yang harmonis artinya ada kesuaian antara yang seharusnya dan yang terjadi.

6.   IQ(Intelectual Quoetiont),merupakan sesuatu yang berada didalam diri manusia.Karena keberadaan akal dan pikiranlah yang membuat manusia dapat membedakan mana kala itu baik dilakukan dan tidak baik dilakukan. EQ(Emosional Quoetiont),dapat disebut pula sebagai suatu emosi. yaitu emosi yang dimiliki manusia atau juga biasa disebut sebut sebagai perasaan.Dalam hal ini emosi harusnya dapat dikendalikan sesuai dengan akal dan pikiran yang dimiliki.Ketika orang menekankan emosinya dalam menyelesaikan suatu masalah maka suatu masalah tidak akan terselesaikan justru dapat dikatakan meluas.
7.   SQ(Spiritual Quotient),yang dalam keseharian manusia dibutuhkan. Ketika mengingat kembali bahwa manusia itu terlahir atau tercipta atas kehendak Sang Kuasa.Maka dari itulah Manusia dibekali spiritual ini untuk membatasi dan mengatur setiap yang dikerjakan agar tidak menyesal dengan yang dilakukan. QQ(Quantum Quoetiont), yang mana merupakan suatu hasil pemanfaatan dari hal ihwal diatas yang telah dibekalkan pada manusia dan yang nantinya akan menjadi suatu budaya baik bagi kehidupan kita mendatang.
8.   Jadi, Etika dan Filsafat Kepemimpinan merupakan perpaduan harmonis antara emosional yang terkelola secara baik dimana IQ memegang peranan penting di dalamnya, serta tidak meninggalkan kejujuran pada ranah pengambilan kebijakan dalam konteks apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar